Romawi ialah peradaban dunia yang letaknya
terpusat di kota Roma masa kini. Peradaban Romawi dikembangkan Suku Latia yang
menetap di lembah Sungai Tiber. Suku Latia menamakan tempat tinggal mereka
‘Latium’. Latium merupakan kawasan lembah pegunungan yang tanahnya baik untuk
pertanian. Penduduk Latium kemudian disebut bangsa Latin. Pada mulanya, di
daerah Latium inilah bangsa Latin hidup dan berkembang serta menghasilkan
peradaban yang tinggi nilainya.
Kota Roma yang menjadi pusat kebudayaan mereka
terletak di muara sungai Tiber. Waktu berdirinya Kota Roma yang yang terletak
di lembah Sungai Tiber tidak diketahui secara pasti. Legenda menyebut bahwa
Roma didirikan dua bersaudara keturunan Aenas dari Yunani, Remus dan Romulus.
“Menurut berita2 lama, Roma didirikan
oleh Remus dan Romulus pada tahun 750. Remus dan Romulus ini anak Rhea silva,
turunan Aenas –seorang pahlawan Troya jang dapat melarikan diri waktu Troya
dikalahkan dan dibakar oleh bangsa Jujani”
Orang-orang Romawi memiliki kepercayaan terhadap
dewa-dewa, seperti orang-orang di Yunani. Hanya saja dewa-dewa di romawi
berbeda dengan di Yunani. Dewa-dewa yang dipercayai oleh orang-orang Romawi
antara lain :
1. Jupiter (raja dewa-dewa)
2. Yuno (dewi rumah tangga)
3. Minerus (dewi pengetahuan)
4. Venus (dewi kecantikan)
5. Mars (dewa perang)
6. Neptenus (dewa laut)
7. Diana (dewi perburuan)
8. Bacchus (dewa anggur)
Roma berhasil menundukkan bangsa-bangsa yang
tinggal disekitarnya satu persatu, baik dengan jalan kekrasan maupun jalan
damai. Hingga akhirnya Roma berhasil menguasai seluruh Italia Tengah.
Sebelum itu, sekira tahun 492, Daerah Latium
sebagai tempat berdirinya kota Roma dikuasai oleh kerajaan Etruskia, yang
terletak disebelah utaranya sampai pada tahun 500 SM. Pada tahun 500 SM bangsa
Latium memberontak terhadap kerajaan Etruskia dan berhasil memerdekaan diri
serta mendirikan negara sendiri yang berbentuk republik. Maka sejak itu, Roma
menjadi republik dan kepala negaranya disebut konsul yang dipilih setiap tahun
sekali. Konsul selain menjadi penguasa negara juga ketua senat dan panglima
besar.
Bangsa Romawi yang semula petani, setelah
mengalahkan penguasa Etruskia kemudian menjadi bangsa penguasa besar dengan
manaklukan wilayah yang luasa sampai ke Laut Tengah. Bangsa yang semula petani
ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Selain sebagai bangsa
yang suka dengan perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal
usaha. Mereka membali ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh
para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan.
Penguasa Gayus Julius Caesar meluaskan wilayahnya
sampai ke Jerman, Belgia, Belanda dan bahkan sampai menyebrangi selat Calis ke
Inggris. Selain sebagai penguasa mutlak Julius Caesar juga mengembangkan
kalender baru yang disebut kalender Julian. Kelender ini terus dipakai sampai
kemudian diperbaharui oleh Gregorius yang kemudian dikenal dengan dengan
kalender Gregorius. Julius Caesar dibunuh oleh Brutus dan Casinus yang
menginginkan suatu pemerintahan berbentuk Republik. Akan tetapi, cita-cita
kedua orang itu tidak berhasil dan tetap mempertahankan sistem pemerintahan
diktator. Anak angkat Julius Caesar bernama Oktvaianus kemudian dapat menguasai
Romawi kembali dan berkuasa secara diktator.
Dalam kekuasaannya, Oktavianus banyak dikelilingi
orang-orang pandai sehingga ia dapat berkuasa cukup lama. Oleh senat Oktavianus
diberi gelar “Augustus” yang artinya “Yang Maha Mulia”. Dengan stabilitas
pemerintahan pada masa Kaisar Octavianus maka mulailah bidang kebudayaan
mendapat perhatian.
Kebudayaan Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari
kebudayaan Etrusia dan Yunani. Hal ini berarti kebudayaan Romawi merupakan
hasil perpaduan dari kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada unsur-unsur dari
kebudayaan romawi sendiri.
Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat
sesuatu dari sudut kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan
warna pada kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh Cicero, bahwa
agama bagi mereka bukan untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan
manusia sehat dan kaya. Dengan pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri
utama orang-orang Romawi.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi
bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak
zaman Yunani. Dengan ini mata rantai jang seakan-akan putus dalam perkembangan
ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori,
maka sarjana Romawi adalah ahli praktek.
Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni
dan budaya Romawi. Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak
tahun 146 SM bersamaan dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di Laut
Tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar
Laut Tengah.
Seni Romawi sebenarnya merupakan pencampuran dua
unsur seni budaya, yaitu Romawi yang merupakan daerah kekuasaan Etruskia dan
seni Yunani. Pada hekakatnya budaya ini bukan berasal dari rakyat biasa
melinkan dari golongan bangsawan. Golongan seniman besar, seperti yang terdapat
di Yunani di Roma tidak ada. Justru bangsa Romawi mendatangkan seniman-seniman
dari Yunani. Oleh karena itu, pengaruh Yunani di Romawi sangat kuat. Politik
maupun seni dan budaya Roma di bawah bangsa Etruskia. Dengan begitu seni Romawi
pada dasarnya adalah pencampuran unsur-unsur budaya Etruskia dan Yunani yang
kemudian menjadi seni budaya baru.
Orang Romawi senang menciptakan sesuatu secara
besar-besaran karena mereka suka sesuatu yang megah, mewah, dan monumental,
serta menarik perhatian. Semua hasil karya budaya terutama karya seni rupa,
baik berupa seni bangunan, seni patung atau relief, maupun seni lukisnya dibuat
serba besr, megah, dan penuh hiasan. Orang-orang Romawi menciptakan karya
teknik bangunan yang menggumkan, seperti bangunan saluran air (aquaduct),
jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olahraga
dan pentas seni (thermen, theater, amphitheater). Selain bangunan diatas, juga
terdapat banguan kuil untuk persemayam dewa. Orang Romawi melanjutkan
pengetahuan orang Yunani antara lain bangunan dengan kontruksi lengkung untuk
membuat ruangan-ruangan menjadi luas.
Bangunan atap kubah untuk pertama kali diciptakan
kurang lebih tahun 30 SM untuk bangunan Thermae di Baaie. Mereka juga membangun
bangunan umum seperti jalan raya. Jalan raya yang terkenal adalah jalan Via
Apia.
Rumah-rumah dewa atau kuil yang dibangun memiliki
ukuran besar. Kuil-kuil yang berukuran besar tersebut antara lain Tempel
Jupiter (abad ke-6 SM), Appolo dan Venus di Roma. Untuk setiap bangunan kuil
tersebut di gunakan tinga-tiang penyangga. Batang tiang penyanggga atap
menggunakan menggunakan kepala tiang dengan ciri-ciri Yunanni seperti Doria,
Ionia, dan Korinthia.
Bangsa Romawi juga ahli dalam pembuatan patung
terutama patung setangah dada atau potret. Bentuk wajah dibuat dengan sangat
teliti, sedangkan tubuh dan lainnya lebih sederhana. Kecakapan membuat patung
ini berhubungan dengan kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang
senang membuat patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti.
Biasanya patung nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu
ruangan khusus yang disebut Atrium. Atrium ini juga dilengkapi dengan altar.
Orang-orang Romawi dalam membuat patung memiliki
kebiasaan yang sama dengan bangsa Yunani. Dalam membuat patung, orang-orang
Romawi selalu mematungkan tokoh-tokoh penguasa, tokoh-tokoh politik, dan
cendikiawan. Banyak sekali tokoh penguasa, tokoh politik dan cendikiawan yang
dijadikan sebagai latar dalam membuat patung seperti wajah tokoh Julius Caesar,
Agustus, Tuchidides, Demostenes, Caracalla, dan lainnya. Gambar wajah para
tokoh ini selain dipatungkan juga dilukiskan pada mata uang logam.
Bangsa Romawi juga senang pada keindahan
rumahnya. Dinding bagian dalam rumah dihias dengan lukisan untuk memberikan
kesan luas. Kegiatan memperindah dinding ini biasa pada dinding rumah dengan
cara melukis pemandangan alam dan bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah
terlihat dari jendela. Kegiatan melukis pada dinding-dinding rumah yang
dilakukan oleh orang-orang Romawi ternyata meniru kebiasaan bangsa Yunani.
Dengan demikian melukis Cara melukis yang dilakukan oleh orang Romawi memdapat
pengaruh basar dari Yunani. Dari seni melukis pada dinding ini banyak ditemukan
peninggalan-peninggalan yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Romawi.
Salah satu dari sekian banyak peninggalan kebudayaan ini adalah peninggalan
lukisan didinding rumah yang terdapat di Pompeii. Peninggalan lainnya terdapat
di Roma yang menggambarkan pengantin perempuan dan teman-temannya sedang
mempersiapkan upacara perkawinan. Selain pada dinding rumah, seni lukis juga
ditemukan pada mangkuk, jambangan, piring dan tempat bunga.
Bangsa Romawi yang senang membuat bangunan
monumental menyebabkan bangsa ini kaya dengan hasil-hasil bangunan berupa
monumen dan kuil. Monumen yang dibuat oleh bangsa romawi berupa pintu gerbang
kemenangan atau tiang kemenangan. Bangunan monumen ini digunaakn untuk
memperingati suatu peristiwa sejarah. Pada banguan monumen itu diberi relief
yang menggambarkan peristiwa kemenangan. Peninggalan seni monumen ini terdapat
di Roma dan dibeberapa daerah jajahan Romawi.
Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik ke
bentuk kekaisaran tidak mengendurkan semangat dan perkembangan budaya
orang-orang Roma untuk mendirikan bangunan berupa bangunan monumental. Hanya
saja, apabila pada masa republik pendukung seni budaya dilakukan oleh para
bangsawan. Namun, setelah menjadi kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah
golongan istana. Sejak kaisar Agustus, seni budaya elbih cenderung mejadi seni
kuna yang berkiblat pada Yunani.
Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi selalu
meninggalkan seni budaya beruapa bangunan monumen. Kebiasaan yang dilakukan
oleh kiasar-kaisar ini dilakukan sebagai sarana untuk menunjukan jasanya kepada
negara. Maka sejak kiasar-kaisar ini berkuasa, banyak sekali didirikan bangunan
besar dan megah dengan menggunakan bahan dari marmer.
Peninggalan seni bangunan Romawi pada masa
kekaisaran ini jumlah sangat banyak. Banguan-banguan monmen tersebut antara
lain:
1. Kuil Zeus yang didirikan di Olympia.
2. Kuil Jupiter Heliopalitanus di ba’albek (syria)
3. Pantheon merupakan sebuah kuil yang kemudian
digunakan untuk gereja.
4. Mousoleum di Roma yang didirikan pada tahun 175
SM.
Mousoleum merupakan bangunan yang berupa makam
yang indah. Pada sisi dalam ruang Mousoleum dihiasai ddengan berbagai ornamen
yang indah.
5. Teater di Pompeii, solona, dan Asperados.
6. Amphiteater
Amphpiteater merupakan perpaduan dua buah teater
yang dipergunakan untuk pertunjukan mengadu benteng dan untuk perkelahian
gladiator, tempat duduk penonton berkeliling, semakin kebelakang semakin
tinggi. Amphipater pada masa kaisar Vespasianus (695 SM) dipergunakan untuk
peragaan perang-perangan seperti di laut bebas dan Circus (sirkus), tempat
untuk berpacu kuda yang menarik kereta beroda dua.
7. Thermen
Merupakan tempat pemandian dengan ruang-ruang
mandi berair panah, berair hangat dan dingin.
8. Bangunan istana
9. Gerbang kemenengan
10. Tiang kemenangan
Pada masa Gothik (100 – 1400 M), kebudayaan
Romawi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan agama kristen. Agama kristen
atau Nasrani sebenarnya telah berkembang sejak jaman pemerintahan Tiberius.
Agama ini disiarkan oleh Yesus (Isa) dari nazareth, yang dilahirkan di
Palestina. Agama Kristen ini berbeda dengan kepercayaan rakyat Romawi yang
poltheis. Agama Nasrani memiliki kepercayaan monoteis. Dengan
pertimbangan-pertimbangan politik dan kemanan negara, Tiberius menjatuhkan
hukuman mati kepada Yesus pada tahun 33. Tetapi kematian Yesus ini tidak
berarti agama Kristen lenyap dari kehiduapan masyarakat Romawi, malahan
sebaliknya.
Setelah Yesus atau Nabi Isa disalib dibukit
Gologota, agama kristen berkembang sampai Mesir, Syria, Asia Kecil, dan ke
Roma. Hampir selama tiga abad para pengikut agama Kristen dalam ketakutan dan
dikejar-kejar oleh penguasa Roma. Pada tahun 395 agama kristen ditetapkan
sebagai agama negara. Dari masyarakat pemeluknya lambat laun timbul suatu
bentuk kelompok kegerejaan yang disusun menurut organisasi-organisasi yang ada
di Imperium Romanum (penguasa Roma).
Periode Gothik seni Kristen mengalami
hambatan-hambatan yang disebabkan oleh perpindahan pemerintahan dari
Konsatantinopel ke Byzantium. Kekaisaran romawi mengalami perpecahan menjadi
Romawi Barat dan Romawi Timur. Romawi Barat mengalami keruntuhan tahun 335 M.
Ketika penguasa Roma masih memusuhi para pengikut
agam kristen, di Roma sendiri secara sembunyi-sembunyi berkembang seni Katamba.
Sejak saat itulah lahir seni Katakomba yang meruapakn tanda lahirnya seni
kristen awal. Katakomba sendiri merupakan kuburan-kuburan bawah tanah.
Kemudian dalam masyarakat Romawi pada masa Gothik
ini selalu melakukan kebiasaan untuk berkumpul di ruangan terowongan dengan
tujuan mengadakan kegiatan agama. Dari seringnya diadakan perkumpulan, kemudian
berkembang kebiasaan masyarakat untuk menghiasi dinding dengan motif jaman
kuno. Motif-motif klasik yang digambar dalam dinding-dinding terowongan ini,
kemudian tergeser oleh perkembangan motif-motif modern atau baru. Motif-motif
yang baru ini biasanya berbentuk manusia dan binatang yang digambarkan secara
simbolik untuk kepentingan agama kristen. Karya seni kristen awal ini anatara
lain lukisan-lukisan kristus sebagai “gembala yang baik”. Pada umumnya yang
mengembangkan seni Katakomba ini adalah bukan seniman. Bagi mereka yang
erpenting adalah dapat mengungkapkan arti dan ide melalui lukisan dan sebagai
bakti mereka kepada agama kristen. Namun, justru “seniman-seniman” Katakomba
ini menjadi pelopor seni nonrelistik pada abad pertengahan.
Ketika gereja mengalami kemerdekaan kembali pada
abad ke-4, kemudian agama kristen dijadikan agama resmi, mulailah perkembangan
seni banguan gereja. Pada masa itu, para arsitek membangun gereja dengan
menggunakan konsep dasar seni bangunan basilika bangsa Romawi, yaitu suatu
bangunan untuk pertemuan-pertemuan umum berbentuk persegi panjang. Perkembangan
selanjutnya adalah bagunan gereja dengan menara lonceng pada bad ke-6.
Seni bangunan pada bangunan gereja adalah
bangunan geraja dengan denah memusat dan berkubah serta menggunakan denah
memanjang atau basilika dengan langit-langit datar atau dengan lengkung silang.
Contoh seni bangunan pada masa gereja adalah bangunan gereja St.Andrea di
Mantua dan gereja St.Novella di Feirence.